Blog Inspiratif, Informatif dan Proaktif

Sebab RIM Tidak Mau Membangun Pabrik di Indonesia

Share on :
google.com/image/jurug
Beberapa pekan ini pemerinah Indonesia di pusingkan dengan kebijakan produsen smartphone BlackBerry yang di produksi oleh  Research in Motion (RIM) karena membangun pabrik di Malaysia, padahal konsumen terbanyak dari smartphon asal Kanada itu adalah Indonesia. Sebenarnya tidak ada yang salah bila perusahaan rakasasa itu membangun pabriknya di Malaysia. Saya kutip dari twitter pak Tifatul Sembiring, Di akunnya tersebut pak Tifatul sudah mentelaskan bahwa itu hak mereka, mereka mau bangun di manapun.

Terserah mereka juga mau membangun kantornya di mana? Hanya saja, kebijakan RIM menjadi tamparan bagi pemerintah Indonesia, yang memegang penuh regulasi. Pemerintah sebaiknya berkaca mengapa RIM mengklaim Malaysia cocok sebagai pusat distribusi BlackBerry untuk Asia Tenggara.

Padahal pengguna ponsel pintar itu di Indonesia sangat besar. Tahun ini, sekira 4 juta unit terjual dengan harga rata-rata sekitar 2jt-an per unit. Padahal, RIM hanya mampu menjual kurang dari 400 ribu unit BlackBerry di Malaysia.Rupanya bukan jumlah penjualan yang menjadi alasan utama bagi RIM membangun pabrik di satu negara. RIM juga tidak persoalkan regulasi atau aturan yang ada di Indonesia. Tapi beberapa kendala krusial yang membuat RIM sama sekali tidak meliirik Indonesia.

Sebaiknya pemerintah sadar dengan berbagai kekurangan yang ada di Indonesia. Bukan menabuh genderang perang dengan investor asing, salah satunya dengan menaikan bea masuk produk asing. Langkah ini sama saja pemerintah mengamini harga BlackBerry melambung tinggi. Rakyat pasti menjadi korban kedigdayaan aturan tersebut. Harusnya pemerintah lebih dewasa dalam menyikapi dan mencari solusi yang cerdas. Sadar atau tidak, Indonesia masih tertinggal baik infrastruktur maupun hukum. Kedua hal ini mampu menyirnakan minat investor asing berpetualang di Indonesia.

Tengok dari sisi infrastruktur, khususnya sumber daya manusia. Indonesia masih kekurangan tenaga ahli yang mampu mendukung penuh kinerja perusahaan asing. Malaysia juga jauh lebih maju dalam industri chip semiconductor. Sebagian processor di Indonesia dirakit Negeri Jiran itu. Dari sisi hukum, iklim bisnis di Malaysia jauh lebih kondusif dibandingkan Indonesia. Pemerintah harus membenahi sistem birokrasnya yang carut marut. Apalagi, pengusaha asing di muka bumi ini sudah tahu dengan budaya korupsi di Indonesia.

Semua pihak termasuk pemerintah sudah tahu kelemahan yang ada. Artinya, tidak pantas bersikap arogan dengan melancarkan ancaman kepada perusahaan asing dengan bea masuk. Para perusahaan yang sudah menjajah dunia tidak akan mati bila tidak menjual produknya di Indonesia. Sebaliknya, pengetahuan bangsa Indonesia semakin terpuruk akibat arogansi pemerintah tersebut. Bayangkan bila semua perangkat komunikasi canggih diberlakukan bea masuk tinggi hanya karena memilih membangun pabriknya di Malaysia. Bangsa ini semakin tertinggal di dunia teknologi.

Bukan arogansi lagi yang pantas ditunjukkan Indonesia. Tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia juga pantas dipilih perusahaan raksasa sebagai pusat distribusi. Caranya, mulai sekarang benahi birokrasi kita yang ruwet dan serba ribet. harus kesini, kesana di pimpong gak jelas karena alasan Birokrasi.Terlepas dari perseteruan Indonesia dengan Malaysia semoga pemerintah mau memperbaiki birokrasi kita terlebih dahulu....